Hari ini aku duduk di belakang bangkumu. Di sela-sela penjelasan dari
guru aku mulai termangu. Dan mulai kualihkan pandanganku kearahmu. Kuperhatikan
setiap kata yang keluar dari mulutmu. Seiring berjalannya waktu, sejak hari pertama
aku mengenalmu. Sejak pertama kau menyapaku di lorong sekolah di kala hujan
sore itu sampai mawar ini mulai merekah di hatiku. Sebuah lagu ternyanyikan di
seantero sekolah membuatku menutup buku, namun masih tetap terpaku di bangku
itu. Mengamati setiap mereka yang sudah berlalu menyisakan aku, kamu dan
bangku.
“Tidakkah kau
ingin beranjak dari bangku-mu ?”.
Hanya kubalas
dengan senyumku, lalu kami sepakat meninggalkan bangku-bangku itu dan menuju ke
depan pintu. Namun ternyata hujan segera menyerbu tanah-tanah berdebu,
membuat kami ikut terpaku di depan pintu.
”Nathan, inget
nggak waktu pertama kali masuk kelas ini, saat kamu manyapaku di lorong ini dikala hujan sore itu ?”.
” Aku pernah
menyukaimu lho than”, tawa mirisku segera menyertai ucapanku.
“ Selamat ulang
tahun Nad “, Nathan menyodorkan bingkisan berwarna biru yang nyatanya adalah warna
favoritku .
Kubuka bingkisan
itu, bingkisan berisi chocolate ball dan sebuah kartu berwarna biru.
“ Maaf nad aku pernah menyukaimu. Dan maaf Hanya
itu”, begitu bacaan kartu itu.
“ Sama-sama
than, thanks chocolate ball-nya”, begitu jawabku.