Saturday, January 3, 2015
Twister Tongue
English is amazing, don’t you believe it ? It
can twist your tongue. So get ready to twist your tongue guys, well I mean get
ready to read this sentences below !!
Tips : don’t forget to bring your
dictionary, maybe you should check some word’s pronunciation.
A.
Around the rugged rocks the
ragged rascal ran.
B.
Big black bug bit a big black
bear and the big black bear bled black blood.
C.
Can I cook a proper cup of
coffee in copper coffee pot ?
D.
Don’t doubt the doorbell, but
differ with the doorknob.
E.
Eight gray geese in a green
field grazing.
F.
Fine white vinegar with veal.
The free thugs set three
thugs free.
G.
Grab the groundhog from the
glazed grass. Grey geese in a green field grazing.
H.
High roller, low roller, lower
roller. How can a clam cram in a clean cream can ?
I.
Inexplicably mimicking him hiccupping.
I wish to wash my Irish wristwatch.
J.
Jingle jungle jangle joker.
K.
Knit kilts for nasty cold
nights.
L.
Little lucky luke likes lakes, lucky
little luke likes licking lakes.
M.
Monkeys make monopoly
monotonous
N.
The next nest will not
necessarily be next to nothing.
O.
Octopi occupy a porcupine’s
mind. Only royal oily royal oil boils.
P.
Peter Prangle, 6he prickly pear
picker, picked three perfectly prickly pears. A proper copper coffee pot.
Q.
Queen Catharine wakes the cat,
and the cat quietly cries.
R.
Rubber Baby Buggy Bumpers!
Roberta can rings around the Roman ruins.
S.
Some shun sunshine. Do you shun
sunshine ? Sic stick shifts stuck shut.
T.
Three thick thistle sticks. The
thirty three thieves thought that the thrilled the throne throughout Thursday.
U.
Unique New York, Unique New
York, Unique New York.
V.
Venti, Grande, Tall-Very Grand
Words for Large, Medium, Small.
W.
Will’s wetsuit is round and wet
and rough and wide and ready to go on a watery ride. Wayne went to Wales to
watch walruses.
X.
Xylophones exist or so
existentialists insist.
Y.
Yoda met a Yeti on the Plains
of Serengeti.
Z.
Zoologist illogically love to
read astrology.
Try again below guys
1.
Red leather, yellow leather.
2.
The big black bug bled blue black
blood.
3.
Sally sells sea shells by the
sea shore.
4.
Six thick thistles sticks.
5.
Unique New York. You know you
need unique New York.
6.
Specific Pacific.
7.
Purple Circle.
8.
The black dog danced on the
barn floor barefooted.
9.
Six selfish shellfish.
10.
Any noise annoys an oyster but
a noisy noise annoys an oyster most.
11.
Six sick slick slim sycamore
saplings.
12.
The lips, the teeth, the tip of
the tongue.
13.
The sixth sick sheik’s sixth
sheep’s sick.
14.
I slit the sheet, the sheet I
slit, and on the slit sheet I sit.
15.
A Tudor who tooted a flute
tried to tutor two tooters to toot.
16.
Vincent vowed vengeance very
vehemently.
17.
Gertie’s great-grandma grew
aghast at Gertie’s grammar.
18.
We surely shall see the sun
shine soon.
19.
Which witch wished which wicked
wish ?
20.
The two –twenty-two train tore
through tunnel.
21.
Three gray geese in the green
grass grazing.
22.
Paul placed a plump pumpkin on
a poolside placemat.
23.
Little liver-lipped Larry
Lilly’s landlady looked listless.
24.
Kris Kringle carefully crunched
on candy canes.
25.
Wild west winter winds waned
while we waited wistfully wanting warmth.
26.
Betty and Bob brought back blue
balloons from the big bazaar.
27.
Excited executives exercised
their excising powers excessively.
28.
Six shimmering sharks swam
sharply striking shins.
29.
Roberta ran rings around the
Roman ruins.
30.
Six sick hicks nick six slick
bricks with picks and sticks.
31.
Real world rural silver walrus.
32.
Six sleek swans swam swiftly
southwards.
33.
Gobbling gargoyles gobbled
gobbling goblins.
34.
Closed classless classroom
closets clamor clandestinely for cleaning.
35.
Mary Mac’s mother’s making Mary
Mac marry me.
36.
Bake batches of bitter, brown,
blueberry bread.
37.
Green glass globes glow
greenly.
38.
Seven slick slimy snakes slowly
slid southward.
39.
On a lazy laser raiser lies a
laser ray eraser.
40.
Chester Cheetah chews a chunk
of cheap cheddar cheese.
41.
Five frantic frogs fled from
fifty fierce fishes.
42.
Sometimes shavers slap soap
suds showering shilling, shivering seamen.
43.
Five fuzzy French frogs
Frolicked through the fields in France.
44.
How many yaks could a yak pack
if a yak pack could pack yaks ?
45.
Gregarious gangs of grotesque
gargoyle goons garishly grinned.
46.
Jubilant journalists journeyed
jauntily, jabbering jokingly in January.
47.
Substituting sportscasters
should show spontaneity sparklingly.
48.
Crisp crusts crackle crunchily.
49.
Pretty pretentious presumptuous
people practice power plays predictably.
50.
Send toast to ten tense stout
saints’ ten tall tents.
Source : EEC Fluency B Class Material
Saturday, June 8, 2013
REKTA
9:37:00 PM
No comments
Sudah seharian ini aku termenung di kamar. Mimpi tadi malam membuatku tambah muram. Tentu saja, dia hadir lagi di mimpiku. Sudah berapa kali aku mengusirnya, sudah berapa kali juga ia mengindahkannya. Sudah seperti cermin saja duniaku, sudah berapa kali aku diusirnya, sudah berapa kali juga ku indahkan kata-katanya. Sudah terlanjur semua, susah rasanya untuk mengembalikan semua. Semua yang sudah ada mulanya. Aku sendiri bingung harus mengakhiri dari mana, karena awalku yang juga tak jelas bagaimana. Yang jelas aku belum bisa mengakhirinya, belum bisa. Meski berapa kali sudah kucoba, namun berapa kali juga aku menggagalinya. Melupakannya. Membuangnya. Aku rasa itu masih menjadi hal gila buatku. Dia. Rekta namanya.
Saturday, May 18, 2013
BANGKU
12:16:00 PM
No comments
Hari ini aku duduk di belakang bangkumu. Di sela-sela penjelasan dari
guru aku mulai termangu. Dan mulai kualihkan pandanganku kearahmu. Kuperhatikan
setiap kata yang keluar dari mulutmu. Seiring berjalannya waktu, sejak hari pertama
aku mengenalmu. Sejak pertama kau menyapaku di lorong sekolah di kala hujan
sore itu sampai mawar ini mulai merekah di hatiku. Sebuah lagu ternyanyikan di
seantero sekolah membuatku menutup buku, namun masih tetap terpaku di bangku
itu. Mengamati setiap mereka yang sudah berlalu menyisakan aku, kamu dan
bangku.
“Tidakkah kau
ingin beranjak dari bangku-mu ?”.
Hanya kubalas
dengan senyumku, lalu kami sepakat meninggalkan bangku-bangku itu dan menuju ke
depan pintu. Namun ternyata hujan segera menyerbu tanah-tanah berdebu,
membuat kami ikut terpaku di depan pintu.
”Nathan, inget
nggak waktu pertama kali masuk kelas ini, saat kamu manyapaku di lorong ini dikala hujan sore itu ?”.
” Aku pernah
menyukaimu lho than”, tawa mirisku segera menyertai ucapanku.
“ Selamat ulang
tahun Nad “, Nathan menyodorkan bingkisan berwarna biru yang nyatanya adalah warna
favoritku .
Kubuka bingkisan
itu, bingkisan berisi chocolate ball dan sebuah kartu berwarna biru.
“ Maaf nad aku pernah menyukaimu. Dan maaf Hanya
itu”, begitu bacaan kartu itu.
“ Sama-sama
than, thanks chocolate ball-nya”, begitu jawabku.
KEMARIN DAN HARI INI
12:02:00 PM
No comments
Semua tak akan pernah sama lagi,
antara kemarin dan hari ini. Kemarin, kita masih bisa melangkahkan kaki ini
bersama. Kemarin, kita masih menertawai tingkah konyolmu. Kemarin, kita masih
bisa saling mencela dalam canda. Kemarin, kita masih bisa menikmati hangatnya peppermint
tea.
Namun ketika sudah tiba waktunya,
di saat kata sudah lagi tak punya makna. Di saat kata tak lagi mewakili hati kita.
Di saat tak ada lagi cerita yang sanggup
mengundang tawa. Di saat keheningan menghangatkan kebersamaan kita. Di saat amarah
tak sanggup lagi saling mengalah.
Dan pada akhirnya, hari ini aku pun masih sanggup
melangkahkan kakiku, berjalan menjauh, menjauhkan langkah kakiku dari langkah
kakimu. Hari ini, aku masih sanggup
tertawa, menertawai setiap tingkah konyolku saat aku bersamamu. Hari ini, aku masih bisa meneguk hangatnya
peppermint tea di tengah dinginnya hatiku. Di tengah rintik hujan di depan
mataku, di tengah rintihan luka di lubuk hatiku.
Saturday, April 27, 2013
Habis gelap terbitlah gelap
Kakiku lemas, pinggangku sakit. Namun nyatanya aku sudah sampai di sebuah bookstore. Kejadian beberapa tahun yang lalu kembali terulang di masa kini. Entah tawa, entah takut, entah tolol, entah apa namanya.
Sudah biasa rasanya jikalau duduk di kelas 3 SMA membuatku lebih banyak berkegiatan dibanding biasanya. Sudah biasa rasanya membangkui bangkuku sebelum pukul 06:00, sudah biasa rasanya mengudap sarapan jam 10:00, sudah biasa rasanya mengunjungi bimbingan sepulang sekolah sampai jam 16:00. Dan lebih parahnya sudah biasa membolak-balik beratus-ratus lembaran buku. Bahkan beberapa kali mencari yang namanya X, yang notabene nggak pernah kemana-mana.
Alhasil penat penut cenat cenut badan ini rasanya, kasur kosan emang nggak seberapa nyaman buat menghapuskan kehadiran penat penut ini makanya aku lebih mencari kenyamanan yang lain. Berkutat dengan angka nyatanya lebih membuatku nyaman, berkutat dengan ilmu matematika kata orang. Namun nyatanya sore itu ada hal yang membuatku gundah, hingga aku menunda perdebatanku dengan angka. Betapa gelap kamarku, sungguh ironis memang. Hal ini tentu saja membuatku harus rela meninggalkan bangku dan menegakkan badan, berjalan sekitar 800-an milimeter dan menjangkau colokan lampu. Maklum, di kamar untuk menghidupkan lampu tidak cukup hanya menekan saklar.
Kakiku lemas, Entah ingin tertawa, entah ketakutan, entah ketololan, entah apa namanya. Aku diam saja dalam kepanikan orang-orang dibawah sana. Jadi sebenarnya yang terjadi sebelum kelemasan kaki adalah :
Aku penasaran pada kabel colokan yang putus, yah ceritanya sih udah kek orang profesional gitu aku-nya. Kabel itu aku pegang sedemikan rupa sehingga jadilah kabel itu tersambung. Tentu saja aku bangga, dan karena segera ingin berdebat dengan sang angka aku segera mengembalikan kabel pada posisi semula, menyatu dengan stop kontak. Tak dinyana kabel menolak untuk bersatu hingga ujungnya yang berupa colokan huruf U terlempar disertai suara ledakan dan bau kabel terbakar. Jadilah seisi kosan jadi tambah gelap. Untung sangat beruntung ndak ada yang tahu bahwa dalang dari habis gelap terbitlah gelap itu adalah aku. Jadi ternyata aku ini sering melihat ayahku menyambung kabel, sumpah simpel banget cuman dipelintir aja tuh kabel terus jadi deh. Namun teoriku langsung runtuh hari itu juga.
Namun usut punya usut sebenarnya ada yang mengetahui kejadian itu. Ternyata di TKP pada waktu itu ada seseorang yang sedang berebah badan di kasur. Dan dia baru bercerita kepadaku setelah sekian waktu. Berpura-pura diam dan menahan tawa itu susah lama katanya sambil terus menertawa.
Dan entah apa, sebelum aku pergi ke bookstore kejadian itu terulang lagi di kosanku pas udah kuliah. Jadi seisi kosan langsung pada menggelap karena emang udah gelap sebelumnya. Untungnya kali ini ketololanku tak ikut andil, cuman kecelakaan kecil aja.
Subscribe to:
Posts (Atom)