Peta

Mengajarkanku membaca dunia

Japan

Negara dengan segala budayanya yang memikat mata,

Francais

Eropa yang penuh pesona, Prancis adalah salah satunya.

London

Pesona lain dari Eropa, kerajaan yang tak pernah tertidur..

Barcelona

Bukan hanya sebuah kota yang penuh cerita, namun menyimpan kekuatan didalamnya,

Saturday, June 8, 2013

REKTA

Sudah seharian ini aku termenung di kamar. Mimpi tadi malam membuatku tambah muram. Tentu saja, dia hadir lagi di mimpiku. Sudah berapa kali aku mengusirnya, sudah berapa kali juga ia mengindahkannya. Sudah seperti cermin saja duniaku, sudah berapa kali aku diusirnya, sudah berapa kali juga ku indahkan kata-katanya. Sudah terlanjur semua, susah rasanya untuk mengembalikan semua. Semua yang sudah ada mulanya. Aku sendiri bingung harus mengakhiri dari mana, karena awalku yang juga tak jelas bagaimana. Yang jelas aku belum bisa mengakhirinya, belum bisa. Meski berapa kali sudah kucoba, namun berapa kali juga aku menggagalinya. Melupakannya. Membuangnya. Aku rasa itu masih menjadi hal gila buatku. Dia. Rekta namanya. 


Saturday, May 18, 2013

BANGKU


Hari ini aku duduk di belakang bangkumu. Di sela-sela penjelasan dari guru aku mulai termangu. Dan mulai kualihkan pandanganku kearahmu. Kuperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutmu. Seiring berjalannya waktu, sejak hari pertama aku mengenalmu. Sejak pertama kau menyapaku di lorong sekolah di kala hujan sore itu sampai mawar ini mulai merekah di hatiku. Sebuah lagu ternyanyikan di seantero sekolah membuatku menutup buku, namun masih tetap terpaku di bangku itu. Mengamati setiap mereka yang sudah berlalu menyisakan aku, kamu dan bangku.
“Tidakkah kau ingin beranjak dari bangku-mu ?”.
Hanya kubalas dengan senyumku, lalu kami sepakat meninggalkan bangku-bangku itu dan menuju ke depan pintu. Namun ternyata hujan segera menyerbu tanah-tanah berdebu, membuat kami ikut terpaku di depan pintu.
”Nathan, inget nggak waktu pertama kali masuk kelas ini, saat kamu manyapaku di lorong ini  dikala hujan sore itu ?”.  
” Aku pernah menyukaimu lho than”, tawa mirisku segera menyertai ucapanku.
“ Selamat ulang tahun Nad “, Nathan menyodorkan bingkisan berwarna biru yang nyatanya adalah warna favoritku .
Kubuka bingkisan itu, bingkisan berisi chocolate ball dan sebuah kartu berwarna biru.
 “ Maaf nad aku pernah menyukaimu. Dan maaf Hanya itu”, begitu bacaan kartu itu.
“ Sama-sama than, thanks chocolate ball-nya”, begitu jawabku.

KEMARIN DAN HARI INI


Semua tak akan pernah sama lagi, antara kemarin dan hari ini. Kemarin, kita masih bisa melangkahkan kaki ini bersama. Kemarin, kita masih menertawai tingkah konyolmu. Kemarin, kita masih bisa saling mencela dalam canda. Kemarin, kita masih bisa menikmati hangatnya peppermint tea.
Namun ketika sudah tiba waktunya, di saat kata sudah lagi tak punya makna. Di saat kata tak lagi mewakili hati kita. Di saat tak ada lagi cerita  yang sanggup mengundang tawa. Di saat keheningan menghangatkan kebersamaan kita. Di saat amarah tak sanggup lagi saling mengalah.
Dan pada akhirnya, hari ini aku pun masih sanggup melangkahkan kakiku, berjalan menjauh, menjauhkan langkah kakiku dari langkah kakimu.  Hari ini, aku masih sanggup tertawa, menertawai setiap tingkah konyolku saat aku bersamamu.  Hari ini, aku masih bisa meneguk hangatnya peppermint tea di tengah dinginnya hatiku. Di tengah rintik hujan di depan mataku, di tengah rintihan luka di lubuk hatiku.

Saturday, April 27, 2013

Habis gelap terbitlah gelap

Kakiku lemas, pinggangku sakit. Namun nyatanya aku sudah sampai di sebuah bookstore. Kejadian beberapa tahun yang lalu kembali terulang di masa kini. Entah tawa, entah takut, entah tolol, entah apa namanya.

Sudah biasa rasanya jikalau duduk di kelas 3 SMA membuatku lebih banyak berkegiatan dibanding biasanya. Sudah biasa rasanya membangkui bangkuku sebelum pukul 06:00, sudah biasa rasanya mengudap sarapan jam 10:00, sudah biasa rasanya mengunjungi bimbingan sepulang sekolah sampai jam 16:00. Dan lebih parahnya sudah biasa membolak-balik beratus-ratus lembaran buku. Bahkan beberapa kali mencari yang namanya X, yang notabene nggak pernah kemana-mana.

Alhasil penat penut cenat cenut badan ini rasanya, kasur kosan emang nggak seberapa nyaman  buat menghapuskan kehadiran penat penut ini makanya aku lebih mencari kenyamanan yang lain. Berkutat dengan angka nyatanya lebih membuatku nyaman, berkutat dengan ilmu matematika kata orang. Namun nyatanya sore itu ada hal yang membuatku gundah, hingga aku menunda perdebatanku dengan angka. Betapa gelap kamarku, sungguh ironis memang. Hal ini tentu saja membuatku harus rela meninggalkan bangku dan menegakkan badan, berjalan sekitar 800-an milimeter dan menjangkau colokan lampu. Maklum, di kamar untuk menghidupkan lampu tidak cukup hanya menekan saklar.

Kakiku lemas, Entah ingin tertawa, entah ketakutan, entah ketololan, entah apa namanya. Aku diam saja dalam kepanikan orang-orang dibawah sana. Jadi sebenarnya yang terjadi sebelum kelemasan kaki adalah :
Aku penasaran pada kabel colokan yang putus, yah ceritanya sih udah kek orang profesional gitu aku-nya. Kabel itu aku pegang sedemikan rupa sehingga jadilah kabel itu tersambung. Tentu saja aku bangga, dan karena segera ingin berdebat dengan sang angka aku segera mengembalikan kabel pada posisi semula, menyatu dengan stop kontak. Tak dinyana kabel menolak untuk bersatu hingga ujungnya yang berupa colokan huruf U terlempar disertai suara ledakan dan bau kabel terbakar. Jadilah seisi kosan jadi tambah gelap. Untung sangat beruntung ndak ada yang tahu bahwa dalang dari habis gelap terbitlah gelap itu adalah aku. Jadi ternyata aku ini sering melihat ayahku menyambung kabel, sumpah simpel banget cuman dipelintir aja tuh kabel terus jadi deh. Namun teoriku langsung runtuh hari itu juga.

Namun usut punya usut sebenarnya ada yang mengetahui kejadian itu. Ternyata di TKP pada waktu itu ada seseorang yang sedang berebah badan di kasur. Dan dia baru bercerita kepadaku setelah sekian waktu. Berpura-pura diam dan menahan tawa itu susah lama katanya sambil terus menertawa. 

Dan entah apa, sebelum aku pergi ke bookstore kejadian itu terulang lagi di kosanku pas udah kuliah. Jadi seisi kosan langsung pada menggelap karena emang udah gelap sebelumnya. Untungnya kali ini ketololanku tak ikut andil, cuman kecelakaan kecil aja.

Saturday, March 30, 2013

Europe


Entah mengapa aku begitu merindunya, 
negeri orang diluar sana. 
Bukan negeri tempatku berada, namun begitu sangat ingin aku menjamahnya. 
Menapakkan kakiku disana, 
menghirup udaranya, 
meneguk tetesan embun paginya, 
memandang langit senjanya yang penuh pesona.
Negeri asing dibelahan benuanya, yang tak pernah kutahu seperti apa rupanya. 
Negeri dimana seni berkembang dengan pesatnya, 
negeri dimana legenda mulai mengakarkan kakinya.
negeri dimana sayapku akan mengembang


Sunday, January 6, 2013

Don't cry

Ehmm... Pernah pengin nangis kaarena suatu hal. Dan nggak ngerti gimana cara berhenti menangis. Mungkin kamu bisa menikmati tangisanmu. Pernah tahu naruto kan ?
Ada salah satu sountracknya naruto yang judulnya "Don't Cry ". Kek gini liriknya

Cultivate your hunger before you idealize.
Motivate your anger to make them all realize.
Climbing the mountain, never coming down.
Break into the contents, never falling down.

My knee is still shaking, like I was twelve,
Sneaking out of the classroom, by the back door.
A man railed at me twice though, but I didn't care.
Waiting is wasting for people like me.

Don't try to live so wise.
Don't cry 'cause you're so right.
Don't dry with fakes or fears,
'Cause you will hate yourself in the end.

You say, "Dreams are dreams.
"I ain't gonna play the fool anymore."
You say, "'Cause I still got my soul."

Take your time, baby, your blood needs slowing down.
Breach your soul to reach yourself before you gloom.
Reflection of fear makes shadows of nothing, shadows of nothing.

You still are blind, if you see a winding road,
'Cause there's always a straight way to the point you see.

Don't try to live so wise.
Don't cry 'cause you're so right.
Don't dry with fakes or fears,
'Cause you will hate yourself in the end.

Bagus kan liriknya. Bisa belajar banyak dari seorang tokoh kartun.